Hoax News dan Citizens Journalist

Written by: Paulus Darma Wicaksono, S.I.Kom


Era konvergensi media di zaman modernisasi ini selalu membuntuti perkembangan teknologi informasi. Online media menjadi salah satu produk dari konvergensi yang esensinya bisa diakses oleh khalayak luas. Citizens Journalist atau jurnalis warga merupakan bagian dari dinamika bidang jurnalistik. Keterlibatan warga dalam melaporkan dan memproduksi peristiwa yang dianggap berita ini turut  menyumbang informasi dari sudut pandang heterogen. Kegiatan news reporting itu memiliki sensitivitas terhadap berita hoax atau yang belum teruji kebenarannya.
Banyak kanal berita online memanfaatkan dan memaksimalkan jenis jurnalisme warga sebagai salah satu penunjang nadi di perusahaan media. Laporan dari warga ini dianggap memiliki nilai berita proximity yang orisinil, karena dilakukan langsung oleh orang yang mengalami suatu peristiwa. Dalam berita, tidak semua peristiwa adalah berita namun semua berita adalah peristiwa. Warga yang melakukan kegiatan reporting tentu tidak dibekali keahlian (soft skill) dan keilmuan (hard skill) mengenai dunia jurnalistik. Untuk itu laporan warga baik dalam bentuk tulisan, video, dan suara, tak lepas dari ketidaksesuaian dari prinsip jurnalisme seperti cover both side, prinsip verifikasi dan klarifikasi, serta relevansi berita dengan iklim di masyarakat luas.
Sensitivitas berita muncul ketika jurnalisme warga yang cenderung ingin melaporkan suatu peristiwa dan memiliki hasrat menyebarluaskannya dengan cepat. Terlebih pada konteks ketika terjadinya suatu isu sensitif yang menarik khalayak pada nilai berita human interest seperti isu seksual, agama, sara, etnis, suku, dan sejenisnya. Dengan atau tanpa sengaja, para pelaku jurnalisme warga yang melaporkan suatu berita tidak mengindahkan prinsip klarifikasi dan verifikasi. Walaupun pada dasarnya jurnalisme warga bukan kelompok individu berlatar belakang pendidikan jurnalisme, beberapa prinsip jurnalisme merupakan bagian dari daily life of citizens atau keseharian masyarakat.
Ketika memperoleh informasi di lokasi kejadian, lumrahnya hal pertama yang dirujuk jika ingin menjadikannya suatu berita adalah sumber yang jelas dan narasumber yang kompeten. Isu hoax news yang sempat membuat riuh dunia maya tidak hanya berimplikasi pada lingkungan warga social media saja, melainkan dampaknya cukup serius di dunia nyata. Dengan disengaja, beberapa oknum menggunakan momen polemik di dunia politik untuk “mengarang dan merubah haluan” fakta yang terjadi menjadi berita yang memprovokasi. News travel fast menjadi slogan yang tepat menggambarkan fenomena hoax news di online media. Penyebarannya yang tak disertai dengan klarifikasi dan verifikasi sumber yang jelas, terlebih dengan penyajian laporan berita hoax yang menarik perhatian masyarakat dunia maya, membuat hoax news mampu memberi impact yang luar biasa pada awareness pembacanya.
Penekanan pada nilai berita jurnalistik human interest menjaid poin penting dalam penyebaran berita. Pembaca berita di online media atau bahkan masyarakat pada umumnya akan lebih tertarik pada berita yang mengandung unsur-unsur dalam human interest. Misalnya pada kehebohan kunjungan Raja Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud pada awal Maret 2017. Kunjungan tersebut sempat menjadi fenomenal karena rombongan dan fasilitas yang dibawa menggunakan kargo yang jumlahnya sangat banyak. Tidak hanya itu, kemewahan yang selalu menyertai setiap agenda Raja Arab Saudi itu tak lepas dari sorotan. Keunikan lain adalah kehadiran Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang turut menemani Presiden Joko Widodo berserta jajaran staf kepresidenan dan kabinet kerja yang menyambut orang nomor satu di Arab Saudi itu. Konteks peristiwa tersebut adalah posisi Ahok yang sudah ditetapkan menjadi terdakwa dan masih menjalani persidangan kasus dugaan penodaan agama.
Netizen atau sapaan kepada masyarakat dunia maya dan dunia nyata, merespon kejadian tersebut. Oknum yang tak bertanggung jawab menggunakan kesempatan tersebut untuk menyebar berita hoax dengan tujuan memprovokasi beberapa pihak. Misalnya konten yang berbunyi, penista agama yang menyalami raja, konten yang tersirat bahwa terdakwa yang tak pantas bertemu raja Arab, dan lainnya. Tak hanya itu, kejadian sambutan Ahok terhadap Raja Salman disandingkan dengan agenda yang disebut-sebut terdapat pertemuan antara pimpinan Ormas FPI, Habib Rizieq Shihab dengan sang raja. Berita agenda Habib Rizieq tersebut akhirnya diklarifikasi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Dalam pernyataannya, Lukman mengatakan bahwa tidak ada agenda khusus pertemuan antara Raja Salman dan Habib Rizieq.
Berita yang tersebar itu berasal dari simpatisan Ormas FPI. Masyarakat yang dituntut cepat dalam mengkonsumsi informasi di media massa juga dituntut cepat dalam mencerna berita yang mereka konsumsi. Pengertian itu muncul akibat kurangnya kesadaran untuk mencermati informasi dan kurangnya kognisi atau wawasan akan informasi yang tersebar. Untuk itu berita yang disebarkan oleh suatu kelompok dapat berdampak pada masyarakat luas. Gerakan say no to hoax pun menjadi slogan yang disandingkan dengan say no to drugs. Berita hoax bukan perkara ringan, penyebaran berita yang sangat cepat dengan aksesbilitas masyarakat terhadap gadgets atau perangkat keras yang mampu menghubungkan mereka pada dunia maya, berpotensi perang berita hoax yang berimplikasi pada dunia nyata. Kesadaran, kognisi, afeksi, dan tindakan menjadi elemen-elemen penting dalam mencerna informasi yang diperoleh dari online media. Konvergensi mau tak mau menjadi produk yang tak hanya memberi dampak positif melainkan dampak negatif yang mampu memecah kelompok dan mengundang konflik.

Komentar

Postingan Populer