Jam Dinding yang Berdetak Pertanda Kehidupan Masih Ada

"Beta Ingin, beta ingin toh, tapi beta seng tau
kenapa beta pung hati itu dingin...”
-Imanuel Wibisono Muskita-


Emanuel Wibisono (Sutradara Pementasan)
       Dengan seni teater mereka menunjukkan luapan emosi di atas panggung. Karya yang dihasilkan, karya yang berproses bersama mereka, menyatu menjadi nafas yang menunjukkan identitas mereka. Teater Lilin, salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UKM UAJY) hadir  dan masih eksis mempertahankan seni teater ditengah modernisasi dan tekanan globalisasi dalam mengangkat identitas seni dan budaya kepada khalayak. Dalam satu massa kepengurusan, UKM yang berdiri pada 14 April 1990 ini mengadakaan inisiasi dan open recruitment yang nantinya dilanjutkan dengan studi pentas. Studi pentas merupakan pementasan yang diperuntukkan bagi calon anggota baru yang sudah direkrut. Kali ini studi pentas pertama akan digelar pada tanggal 28 Februari 2014 dengan mengangkat judul “Jam Dinding yang Berdetak.”
          “Open recruitment memberikan kesempatan calon anggota baru untuk berkarya bersama Teater Lilin dalam studi pentas, pementasan di tahun 2014 ini berjudul ‘Jam Dinding yang Berdetak’ dengan melibatkan 5 pemeran utama,” jelas Imanuel Wibisono Muskita, Sutradara dalam pementasan ini. Mahasiswa yang akrab disapa Wibi ini menjelaskan bahwa dalam satu kali massa kepengurusan, setidaknya ada 3 kali jenis pementasan yang berbeda. Pertama, studi pentas yakni pementasan sekali dalam setahun dengan melibatkan calon anggota baru untuk turut merasakan panggung sandiwara pertama kalinya dan juga sebagai syarat untuk menjadi anggota. Kedua, perjamuan lilin yakni pementasan kecil yang diadakan setiap bulan. Ketiga, pementasan besar yang diadakan dalam satu massa kepengurusan yakni sekitar 2 hingga 3 kali dalam setahun. Walaupun untuk pementasan besar diadakan sebanyak 2 hingga 3 kali tapi untuk periode 2013-2014 hanya diadakan 2 kali saja.

Salah satu performa pemain saat pementasan Teater Lilin

“‘Jam Dinding yang Berdetak’, judul studi pentas yang mempunyai makna kehidupan yang terus berlangsung selagi jantung berdetak tak peduli keadaan yang kita alami entah dalam keadaan berkekurangan maupun berkelebihan,” ujar mahasiswa FISIP UAJY anggkatan 2011 ini. Mahasiswa berdarah Ambon kelahiran Dilli, Timor Leste itu menambahkan bahwa cinta itu akan selalu hidup dalam detak jam yang terus berputar. Diambil dari naskah karya Nano Riantiarno dan diadaptasi oleh Teater Lilin, pementasan ini sangat menghibur penonton yang hadir saat itu. Inti pementasan, hanya cinta, kebersamaan dan kekeluargaanlah yang bisa membuat detak jam itu menjadi bermakna. Sinopsis cerita ini berkisah dari sebuah kelaurga Pattiwael yang berasal dari Ambon yang sudah menjalani kehidupan selama 25 tahun. Krisis moneter membuat kehidupan keluarga yang beranggotakan empat orang ini berubah 180 derajat. Sang suami, Thomas Pattiwael di PHK yang kemudian menjadi pemabuk dan berselingkuh dengan seorang wanita kaya untuk mendapat uang. Kedua anaknya, Magda dan Benny putus sekolah, Marie sang istri hanya menjadi buruh cuci. Keadaan ini membuat keluarga Pattiwael penuh dengan konflik. Sering muncul ketakutan pada diri Marie akan masa depan keluarganya. Ketakutan itu memuncak ketika melihat dasi suaminya belrumuran darah akibat kecelakaan ketika sedang keluar bersama selingkuhannya. Namun, semua itu berakhir dengan mimpi dan perasaan takut dari Marie, keluarga Pattiwael pun berubah karena detak jam dinding masih memberi kesempatan mereka untuk berusaha membangun keluarganya lagi.
Pementasan ini melibatkan sang suami Thomas diperankan Wilson mahasiswa Fakultas Hukum (2012), sang Ibu yang bernama Marie diperankan Fanny mahasiswi Fakultas Ekonomi (2012), anak pertama Magda diperankan Vanessa mahasiswi Fakultas Teknobiologi (2013), anak kedua Benny diperankan Karindho, mahasiswa Fakultas Teknik (2013). Pemeran terakhir disebut ‘Oma’, tetangga yang selalu menemani Marie dan Magda bergosip seputar tetangga di tempat tinggal mereka. Dibantu dengan Elisabeth Ratna Christanti Patria atau akrab disapa Ratna selaku penanggungjawab pementasan ini, diharapkan menjadi awal Teater Lilin di tahun 2014 yang lebih baik. “Konsep kekeluargaan dan ingin merekatkan calon anggota baru sebagai kelaurga itulah tujuan studi pementasan ini,” ungkap mahasiswi FISIP UAJY angkatan 2011 ini. Eksistensi seni budaya yang dibawakan di atas panggung sandiwara ini kiranya tak luntur oleh zaman. Ratna berharap, pementasan ini menjadi pupuk yang menumbuhkan bibit semangat akan senin pertunjukan dan mampu memunculkan ide-ide kreatif di masa yang akan datang.


Komentar

Postingan Populer