Fresh Graduate Harus Cerminkan Nilai-nilai Moral
“Ready Skill, Attitude
yang baik, mampu menunjukkan nilai-nilai moral, merupakan kekuatan utama
lulusan siap pakai,” tegas Muhamad Ridwan, mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta. Cowok yang akrab disapa Ridwan ini sangat
menjungjung tinggi perilaku dan tindakan yang akan dilakukannya setelah lulus
kuliah. Baginya hal itu merupakan hal paling kontras yang menunjukkan bagaimana
kita menjalin hubungan interpersonal dan kelompok dalam suatu organisasi.
Selama kuliah durasi yang mahasiswa pegang menjadi cetak biru mengawali dunia
dengan teori dan memanfaatkan waktu untuk mengembangkan kemampuan diri.
Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler bisa menjembatani mahasiswa menuju prestasi
dan di dukung dengan tekad yang kuat. Berkolaborasi dengan mahasiswa yang
menekuni bidang yang berbeda akan menjadi eksperimen yang menambah pengalaman
menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Jika kita mendalami
background masing-masing dengan menjiwainya dan tidak lepas dari nilai-nilai
moral yang kita pegang akan menghasilkan karya yang nantinya bermanfaat bagi
banyak orang,” ungkap Ridwan. Hambatan yang selama ini menghampiri Ridwan ialah
kebiasaan malas yang diantaranya susah memanage waktu. Walaupun sepele tapi mampu membuang waktu dengan
percuma. Ia menambahkan bahwa dengan memperhatikan nilai-nilai moral, jaringan
atau kemampuan komunikasi kita akan berkembang. Sehingga kesulitan dan hambatan
dalam dunia kerja bisa diatasi termasuk bagaimana kita menggunakan waktu.
Pandangan serupa
juga diperlihatkan Patiung Liling, Mahasiswa S2 Jurusan Magister Ilmu Hukum
Universitas Atma Jaya Yogyakarta. “Mengembangkan keahlian ataupun ketrampilan
misalnya bahasa, komputer,seni dan lain
sebagainya sebagai nilai plus,” ucap cowok yang akrab disapa Tiung ini. Dunia
kampus telah menyediakan fasilitas yang dibutuhkan mahasiswa untuk meningkatkan
kemampuan soft skill dan
keorganisasian. Melalui sarana yang disediakan pihak kampus mahasiswa diharapkan
bisa memilih bidang yang menjadi minat maupun bakatnya. Tiung ini berpendapat
bahwa lulusan siap pakai itu harus ‘siap’ dalam segala kondisi di dunia kerja.
Tentunya kesiapan itu ditunjukkan dengan pengalaman kerja yang dimiliki selama
berada dibangku kuliah dan juga siap secara fisik dan mental untuk bekerja dan menerima konsekuensi dari pekerjaan
Belajar untuk
mengaplikasikan materi yang diperoleh di kampus dengan situasi real masyarakat
menjadi aksi nyata dari bekal di dunia kampus. “Memiliki nilai akademik yang
baik juga penting tapi hanya sebagai syarat lolos seleksi tahap satu, masih
banyak tahapan seleksi yang lebih berat lagi,” tukas mahasiswa kelahiran 25
Juli 1987 ini.
Hambatan dalam pencapaian menjadi
mahasiswa siap pakai menurut Tiung yakni kurangnya pengalaman berorganisasi dan
pengalaman kerja sehingga menyebabkan kurangnya kecakapan dan keberanian untuk tampil.
Terkadang kita sering nekat terjun dalam organisasi yang lebih rumit dengan
bekal pengalaman yang masih sedikit shingga menimbulkan beberapa kesulitan.
Sikap mental yang diantaranya kurang percaya diri akan kemampuan, tidak berani
mencoba, sikap selektif yang berlebihan menjadi problem yang termasuk berat
untuk diatasi.
Komentar
Posting Komentar